Nov 19, 2008

Perilaku Koruptif di Sekeliling Kita

Perilaku Koruptif di Sekeliling Kita

Salah satu penyebab utama rusaknya negeri tercinta ini adalah korupsi, menurut berbagai referensi yang bisa kita baca di buku maupun media, korupsi bagaikan virus yang samar bahkan hampir tidak tampak proses kerjanya tapi menimbulkan efek kerusakan yang luar biasa dahsyat. Salah satu kerusakan terparah yang ditimbulkan dari korupsi ini adalah mental (baca : kondisi kejiwaan) dari sang pelaku, karena dia benar – benar sudah tertutup hatinya, sehingga menganggap hal buruk dan tercela yang dikerjakannya adalah suatu yang biasa dan halal hukumnya. Sudah barang tentu kerusakan – kerusakan lainnya adalah kerusakan yang bersifat fisik, karena program atau project pekerjaan yang dikorupsi kualitas maupun kuantitasnya menurun dari standar yang digariskan, mengingat dananya sudah disunat dari yang seharusnya. Namun aku tidak ingin berpanjang lebar menulis tentang teori korupsi, karena selain tidak menguasai secara dalam, juga ada hal lain yang bisa aku gambarkan dengan lebih jelas dengan tulisan ini.

Sangat banyak berita tentang kasus – kasus korupsi yang diekspos media masa saat ini, terutama setelah KPK terbentuk dan giat menunjukkan taringnya… Namun demikian, jika kita perhatikan, sebenarnya perilaku koruptif sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari di sekitar kita, bahkan tanpa kita sadari kita sering jadi korban dari perilaku itu atau kita yang jadi pelakunya???

Begini liputan selengkapnya….

Saat mudik lebaran kemarin, kebetulan aku dan keluargaku menggunakan mobil sendiri sebagai moda transportasinya untuk menempuh jarak dari Pekanbaru (Riau) sampai Cilacap (Jawa Tengah), selain alasan mahalnya tiket pesawat yang tidak terbeli saat itu, juga sekaligus untuk tamasya keluarga di sepanjang perjalanan. Perjalanan ini melintasi propinsi Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan tapi juga mengasyikkan jika kita bisa menikmatinya…

Nah dalam rentang jarak ribuan kilometer itulah aku iseng – iseng mengamati perilaku koruptif di keseharian kita yang jarang kita sadari atau kita sadari tapi kita anggap tak ada. Aku yakin hal ini sering kita jumpai bersama di sekeliling kita, tapi sample yang aku dapat sungguh mengasyikkan, karena meliputi 7 propinsi di Indonesia. Sample itu adalah saat kita melakukan pengisian BBM di SPBU, karena dalam perjalanan kami ini, total jenderal ada 19 kali melakukan pengisian SPBU.

Di SPBU yang sudah mendapat sertifikasi dari Pertamina akan tertulis slogan :
“Tepat takarannya, tepat kembaliannya dan tepat pelayanannya”, nah pada kasus ini aku mengamati item tepat kembaliannya, karena disini perilaku koruptif yang paling mudah dilihat. Ini terutama buat konsumen yang mengisi BBM mobil atau motornya full tank. Modus operandinya adalah :
Petugas SPBU akan terus mengisi/mengalirkan BBM ketika tangki kendaraan sudah mulai penuh, walau angka rupiahnya sudah bulat, misal : Rp. 20.000, Rp. 100.000 atau lainnya. Tujuannya adalah agar nilai rupiah yang tertera di meteran mempunyai pecahan ratusan menjadi Rp. 20.300, Rp. 100.600 atau lainnya. Dengan dalih tidak ada uang kembalian sebesar Rp. 700 atau Rp. 400 seperti pada kasus di atas, konsumen “dipaksa” membayar dengan pembulatan ke atas menjadi Rp. 21.000 atau Rp. 101.000.

Perilaku di atas ternyata seolah – olah sudah menjadi trend dan dianggap biasa di hampir semua SPBU yang kusinggahi. Hal itu tentunya merupakan suatu perilaku koruptif yang terang – terangan dan sangat merugikan konsumen. Nilainya memang tidak seberapa untuk tiap – tiap konsumen, tetapi coba kalikan berapa konsumen yang mengalami hal tersebut setiap harinya, setiap minggunya, setiap bulannya bahkan setiap tahunnya…. Pasti jumlahnya bukanlah sedikit. Mungkin cukup untuk membantu biaya berobat keluarga miskin atau membantu biaya sekolah anak – anak terlantar di suatu daerah.

Terlepas dari semua itu, mental dari pekerja – pekerja SPBU yang melakukan hal itu menjadi terlatih untuk tidak jujur dari hari ke hari, dan itu akan terbawa dalam pola keseharian hidup mereka…

Rasanya perlu ada langkah sistematis dari semua pihak untuk bisa mengatasi hal tersebut di atas, karena masih sangat banyak modus korupsi seperti tersebut di atas yang dilakukan di area – area lain di luar SPBU…. Anda punya jawabannya???


By: Yunihadi Indra
http://yunihadi.blogspot.com





1 comment:

Anonymous said...

Korupsi kecil- kecilan, kalo dikumpulkan ya banyak juga jumlahnya ya.
Seandainya orang Indonesia tidak menganggap remeh uang receh pecahan kecil, mungkin ada kembaliannya... sama haknya dengan super market yang memberikan kembalian dengan permen.

NEW SUMMARY

JOB IS FIRST

Custom Search